Paris Saint-Germain (PSG) mencatatkan sejarah baru dalam dunia sepak bola
Pada tanggal 31 Mei 2025, Paris Saint-Germain (PSG) mencatatkan sejarah baru dalam dunia sepak bola dengan meraih gelar UEFA Champions League pertama mereka. Kemenangan telak 5–0 atas Inter Milan di Allianz Arena, Munich, tidak hanya menandai sukses besar bagi klub, tetapi juga menempatkan PSG sebagai tim Prancis kedua yang memenangkan trofi bergengsi ini setelah Olympique de Marseille pada tahun 1993 .en.wikipedia.orgen.wikipedia.org
Dominasi PSG di Final
PSG tampil luar biasa dalam final tersebut, dengan gol-gol dari Achraf Hakimi, Désiré Doué (dua gol), Khvicha Kvaratskhelia, dan Senny Mayulu. Désiré Doué terpilih sebagai Pemain Terbaik Final UEFA Champions League 2025 berkat penampilannya yang impresif . Kemenangan ini juga mencatatkan rekor sebagai margin kemenangan terbesar dalam sejarah final European Cup/Champions League, mengalahkan rekor sebelumnya yang dipegang oleh Real Madrid dengan kemenangan 7–3 atas Eintracht Frankfurt pada tahun 1960 .en.wikipedia.org+2cadenaser.com+2en.wikipedia.org+2en.wikipedia.org
Keberhasilan Treble Sejarah
Dengan kemenangan ini, PSG menyelesaikan treble pertama dalam sejarah klub, setelah sebelumnya menjuarai Ligue 1 dan Coupe de France musim ini. Hal ini menjadikan PSG sebagai klub Prancis pertama yang meraih treble domestik dan Eropa .en.wikipedia.orgen.wikipedia.org
Peran Pelatih Luis Enrique
Pelatih Luis Enrique, yang dikenal sebagai “The Architect,” memainkan peran kunci dalam kesuksesan ini. Meskipun sebelumnya ditolak oleh beberapa klub Premier League seperti Manchester United, Arsenal, dan Chelsea, Enrique membuktikan kemampuannya dengan membangun tim muda yang dinamis dan strategis. Di bawah kepemimpinannya, PSG menyingkirkan klub-klub elit Inggris seperti Manchester City, Liverpool, Aston Villa, dan Arsenal dalam perjalanan mereka menuju gelar Eropa .thescottishsun.co.uk+1en.wikipedia.org+1
Peran Kunci Pemain
Ousmane Dembélé menjadi bintang utama PSG musim ini, mencetak 33 gol dan memberikan 21 assist di semua kompetisi. Penampilannya yang konsisten menjadikannya kandidat kuat peraih Ballon d’Or. Selain itu, Khvicha Kvaratskhelia mencetak gol keempat dalam final, menjadikannya pemain asal Georgia pertama yang mencetak gol di final kompetisi klub Eropa .en.wikipedia.org+1cadenaser.com+1en.wikipedia.org+1cadenaser.com+1
Dampak Sosial dan Politik
Kemenangan PSG juga memicu reaksi sosial di Prancis. Perayaan yang awalnya berlangsung meriah di Paris berubah menjadi kerusuhan, dengan lebih dari 500 orang ditangkap dan dua orang tewas dalam insiden tersebut . Selain itu, kemenangan ini menyoroti isu “sportswashing,” di mana kesuksesan olahraga digunakan untuk meningkatkan citra negara atau entitas tertentu, dalam hal ini terkait dengan kepemilikan klub oleh investasi negara Qatar .en.wikipedia.orgtheguardian.com
Kesimpulan
Kemenangan PSG di UEFA Champions League 2025 bukan hanya prestasi olahraga, tetapi juga simbol transformasi klub dari sekadar tim kaya menjadi kekuatan global dalam sepak bola. Dengan strategi yang matang, kepemimpinan yang visioner, dan pemain-pemain berbakat, PSG telah menempatkan diri mereka di puncak sepak bola Eropa. Namun, kesuksesan ini juga mengundang perdebatan tentang etika dan dampak sosial dari dominasi finansial dalam olahraga.
Dengan treble bersejarah ini, PSG tidak hanya menorehkan nama mereka dalam sejarah sepak bola, tetapi juga membuka babak baru dalam perjalanan mereka menuju kejayaan global.
Kemenangan PSG di UEFA Champions League 2025: Sebuah Epik Modern Sepak Bola
Tanggal 31 Mei 2025 akan dikenang selamanya dalam sejarah Paris Saint-Germain (PSG) dan sepak bola Prancis. Di malam yang magis di Allianz Arena, Munich, PSG akhirnya berhasil merengkuh trofi Liga Champions Eropa untuk pertama kalinya dalam sejarah mereka. Dengan kemenangan telak 5-0 atas Inter Milan, klub asal ibu kota Prancis ini tidak hanya mengangkat trofi paling bergengsi di benua biru, tetapi juga menunjukkan bahwa mereka telah menjelma menjadi kekuatan dominan di panggung Eropa.
Awal Musim yang Penuh Tekanan
Musim 2024/2025 dimulai dengan banyak keraguan terhadap PSG. Setelah bertahun-tahun investasi besar dari Qatar Sports Investments (QSI) tanpa keberhasilan di level Eropa, banyak pengamat mulai mempertanyakan arah klub. Kepergian Kylian Mbappé ke Real Madrid di musim panas 2024 juga dianggap sebagai kehilangan besar. Namun, manajemen PSG membuat langkah strategis dengan mendatangkan Luis Enrique, pelatih berpengalaman asal Spanyol yang pernah membawa FC Barcelona meraih treble pada 2015.
Enrique membawa filosofi permainan menyerang yang berbasis penguasaan bola dan pressing tinggi. Ia membangun ulang skuad dengan mengedepankan pemain muda bertalenta seperti Désiré Doué, Warren Zaïre-Emery, dan Senny Mayulu, dipadukan dengan pengalaman dari pemain seperti Marquinhos, Gianluigi Donnarumma, dan Ousmane Dembélé.
Perjalanan Menuju Final
Di fase grup Liga Champions, PSG tergabung dalam grup neraka bersama Bayern Munich, Napoli, dan Galatasaray. Banyak yang memprediksi mereka akan kesulitan. Namun, mereka lolos sebagai juara grup dengan catatan impresif, hanya sekali kalah dari Bayern di kandang, dan mencetak 16 gol dalam enam pertandingan.
Di babak 16 besar, PSG menghadapi tantangan berat dari Manchester City. Namun, taktik jitu Luis Enrique dan penampilan gemilang Donnarumma di bawah mistar membuat mereka unggul agregat 3-2. Di perempat final, giliran Liverpool yang menjadi korban ketangguhan PSG. Skor 4-1 di Paris dan hasil imbang 2-2 di Anfield memastikan tempat mereka di semifinal.
Pertandingan semifinal melawan Arsenal menjadi salah satu laga paling dramatis musim ini. Setelah kalah 1-0 di Emirates, PSG membalikkan keadaan dengan kemenangan 3-0 di Parc des Princes, lewat brace dari Ousmane Dembélé dan gol luar biasa dari Kvaratskhelia.
Final di Allianz Arena: PSG vs Inter Milan
Final mempertemukan PSG dengan Inter Milan, salah satu tim tersukses di Italia yang dikenal dengan disiplin dan pertahanan kuat. Namun, di luar dugaan banyak pihak, PSG tampil mendominasi sejak menit awal. Mereka mencetak lima gol tanpa balas, sebuah skor telak yang mencatatkan sejarah sebagai margin kemenangan terbesar dalam sejarah final Liga Champions.
Gol-gol PSG dicetak oleh:
-
Achraf Hakimi (menit ke-14)
-
Désiré Doué (menit ke-26 dan 49)
-
Khvicha Kvaratskhelia (menit ke-63)
-
Senny Mayulu (menit ke-87)
Performa kolektif yang luar biasa ditunjukkan oleh seluruh lini. Dembélé berperan sebagai motor serangan, sementara Doué yang masih berusia 19 tahun tampil sebagai Man of the Match dengan dua gol dan satu assist. Di lini belakang, Marquinhos dan Lucas Hernández tampil solid, dan Donnarumma mencatatkan clean sheet.
Luis Enrique: Sang Arsitek Kesuksesan
Luis Enrique disebut-sebut sebagai faktor terbesar di balik kemenangan PSG. Ia berhasil menanamkan mentalitas juara dan filosofi permainan kolektif yang selama ini belum terlihat dalam skuad PSG yang sering mengandalkan bintang individu. Dengan rotasi yang cerdas dan pengelolaan pemain muda yang luar biasa, Enrique membuktikan dirinya masih menjadi salah satu pelatih terbaik dunia.
Tidak sedikit yang mengingat bahwa sebelumnya ia sempat diabaikan oleh beberapa klub besar Premier League. Namun di PSG, ia menemukan ruang dan dukungan penuh untuk membangun proyek jangka panjang.
Treble Winner: Sejarah Baru PSG
Kemenangan ini juga menjadi bagian dari pencapaian treble winner PSG musim ini — menjuarai Ligue 1, Coupe de France, dan Liga Champions. Ini merupakan treble pertama dalam sejarah klub dan pertama dalam sejarah sepak bola Prancis sejak Marseille hanya menjuarai Liga Champions pada 1993.
Dominasi PSG musim ini tak hanya di Eropa, tetapi juga di domestik. Mereka mencetak total 126 gol di Ligue 1 dan hanya kalah sekali sepanjang musim. Tim ini menunjukkan bahwa mereka tak sekadar mengandalkan uang, tetapi juga perencanaan yang matang dan visi jangka panjang.
Sorotan Pemain: Dembélé, Doué, dan Kvaratskhelia
-
Ousmane Dembélé: Sebagai pemain paling senior di lini serang, Dembélé tampil luar biasa sepanjang musim. Ia mencetak 33 gol dan 21 assist di semua kompetisi, menjadikannya kandidat kuat untuk Ballon d’Or 2025.
-
Désiré Doué: Wonderkid asal Prancis ini mencuri perhatian dunia. Di usia 19 tahun, ia menjadi penentu kemenangan di final dan menunjukkan kecerdasan serta ketenangan yang luar biasa.
-
Khvicha Kvaratskhelia: Pemain asal Georgia ini menjadi pilar penting di sisi kiri serangan. Golnya di final menjadikannya pemain Georgia pertama yang mencetak gol di final Liga Champions.
Dampak Sosial dan Politik
Kesuksesan PSG tak lepas dari kontroversi. Banyak yang menyuarakan kekhawatiran tentang sportswashing, mengingat klub ini dimiliki oleh Qatar Sports Investments. PSG dianggap menggunakan olahraga untuk membangun citra negara pemiliknya.
Selain itu, euforia kemenangan PSG di Paris sempat berujung pada kerusuhan. Lebih dari 500 orang ditangkap dan terjadi bentrokan antara suporter dan polisi. Dua orang tewas dalam insiden tersebut, menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana merayakan kemenangan secara damai di kota besar seperti Paris.
Makna Kemenangan Bagi Sepak Bola Prancis
Dengan kemenangan ini, PSG menjadi klub kedua dari Prancis yang berhasil menjuarai Liga Champions setelah Marseille pada 1993. Namun berbeda dengan Marseille yang kemudian terjerat skandal, PSG meraihnya dengan penuh kejelasan dan dominasi. Ini menjadi simbol kebangkitan sepak bola Prancis di kancah Eropa.
Pemain-pemain muda yang dibesarkan di akademi Prancis seperti Zaïre-Emery dan Mayulu menunjukkan bahwa investasi dalam pembinaan usia dini mulai menuai hasil. Kemenangan PSG membawa kebanggaan tidak hanya bagi klub dan fans, tetapi juga untuk seluruh negeri.
Respon Dunia Sepak Bola
Banyak tokoh sepak bola memuji performa PSG di final dan sepanjang musim. Lionel Messi, mantan pemain PSG, menyatakan rasa bangganya atas pencapaian mantan klubnya. Sementara Cristiano Ronaldo menyebut PSG sebagai “tim paling lengkap di Eropa saat ini”.
UEFA juga memberikan penghargaan kepada PSG sebagai Tim Terbaik Liga Champions 2024/25, dengan enam pemain mereka masuk ke dalam Tim Terbaik UEFA.
Tantangan ke Depan
Dengan keberhasilan ini, tantangan terbesar PSG ke depan adalah mempertahankan level performa mereka. Sejarah menunjukkan bahwa mempertahankan trofi Liga Champions lebih sulit daripada meraihnya pertama kali. Namun dengan skuad muda, pelatih berpengalaman, dan dukungan manajemen, PSG tampaknya siap melanjutkan era kejayaan baru mereka.
Kesimpulan: Lebih Dari Sekadar Trofi
Kemenangan PSG di Liga Champions 2025 adalah lebih dari sekadar pencapaian olahraga. Ini adalah penegasan bahwa klub yang sebelumnya dipandang hanya sebagai proyek uang kini telah berubah menjadi institusi sepak bola sejati.
Mereka telah menaklukkan Eropa dengan gaya, kelas, dan karakter. Para pemain muda yang tampil bersinar, pelatih yang visioner, dan fans yang setia membuat kemenangan ini terasa begitu utuh dan layak dirayakan.
Kemenangan PSG di UEFA bukan hanya milik Paris, tapi juga milik sepak bola Prancis dan para penggemar yang telah menunggu momen ini selama bertahun-tahun. Dan mungkin, ini baru permulaan dari dominasi mereka di Eropa untuk tahun-tahun yang akan datang.